Harga Pupuk Subsidi Melonjak, Petani Padi Bengkulu Selatan Menjerit

Harga pupuk subsidi melonjak di Bengkulu Selatan
Foto: Salah Satu Petani Padi di Bengkulu Selatan merenungi nasib akibat Harga Pupuk Subsidi yang Melampaui HET, (Ft/Ist).

Harga Pupuk Subsidi Melonjak, Petani Padi Bengkulu Selatan Menjerit

KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU SELATAN|| Menjelang musim tanam padi, petani di Kecamatan Seginim dan Air Nipis, Kabupaten Bengkulu Selatan, menghadapi tantangan berat akibat melonjaknya harga pupuk subsidi. Dua kecamatan yang selama ini dikenal sebagai lumbung beras utama di Kabupaten Bengkulu Selatan sekaligus pemasok beras ke wilayah Provinsi Bengkulu dan sekitarnya kini harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan hasil panen mereka.

Salah satu petani padi dari Kecamatan Air Nipis, Sukardi, mengungkapkan keluhannya kepada awak media, Rabu (11/12/24), Menurutnya, Harga Pupuk Urea Subsidi yang tersedia melalui kelompok tani kini mencapai Rp150.000 per sak, Bahkan untuk petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani, harga pupuk bisa melonjak hingga Rp170.000 per sak.

BACA JUGA: Penyaluran Pupuk Subsidi di Bengkulu Capai 15.815 Ton Hingga Mei 2024, Dinas TPHP Optimis Puncak Serapan di Musim Tanam

“Padahal, wilayah kami dikenal sebagai lumbung beras, tapi kondisi ini benar-benar menyulitkan kami para petani, Harga pupuk subsidi di tingkat pengecer jauh lebih tinggi dari yang seharusnya,” ungkap Sukardi dengan nada kecewa.

Sukardi menjelaskan bahwa kenaikan harga pupuk membuat banyak petani kesulitan memenuhi kebutuhan tanam mereka, Pupuk adalah salah satu komponen penting dalam pertanian padi dan tingginya harga ini sangat memengaruhi biaya produksi.

BACA JUGA: Pupuk Bersubsidi Rejang Lebong, Distan Lakukan Pengawasan

Pemerintah sebenarnya telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk pupuk subsidi melalui Peraturan Menteri Pertanian, Dalam aturan tersebut harga pupuk subsidi jenis urea ditetapkan sebesar Rp112.500 per sak dengan berat 50 kilogram, Namun kenyataannya di lapangan, harga pupuk jauh melampaui HET yang telah ditetapkan.

“Seharusnya pupuk subsidi dijual sesuai HET, yaitu Rp112.500 per sak, Tapi di sini harganya sudah jauh lebih mahal, mencapai Rp150.000 hingga Rp170.000 per sak,” tambah Sukardi.

BACA JUGA: Kementan Perkuat Transparansi dan Inovasi Menuju Swasembada Pangan

Kondisi ini tidak hanya merugikan petani dari segi keuangan, tetapi juga berpotensi mengurangi hasil panen karena banyak petani yang terpaksa mengurangi penggunaan pupuk untuk menghemat biaya.

“Kalau begini terus, hasil panen kami pasti akan berkurang, Pupuk itu sangat penting untuk memastikan tanaman padi tumbuh subur dan menghasilkan gabah yang banyak,” kata Sukardi dengan nada prihatin.

BACA JUGA: Pupuk Bersubsidi Rejang Lebong, Distan Lakukan Pengawasan

Dalam menghadapi masalah ini, para petani berharap pemerintah daerah maupun pusat segera turun tangan untuk membantu mengatasi permasalahan harga pupuk yang tidak sesuai aturan.

“Kami meminta pemerintah untuk lebih peduli pada nasib petani kecil seperti kami, Harga pupuk yang mahal membuat kami semakin tertekan, Kami berharap ada pengawasan lebih ketat terhadap distribusi pupuk subsidi agar harganya sesuai dengan yang telah ditetapkan,” tegas Sukardi.

Selain itu, para petani juga mengusulkan agar distribusi pupuk subsidi diawasi dengan lebih baik sehingga tidak ada pihak yang memanfaatkan situasi untuk menaikkan harga secara sepihak.

BACA JUGA: Dinas TPHP Bengkulu Usulkan Pembukaan 1.800 Hektare Lahan Sawah Baru untuk Tingkatkan Produksi Padi

Sebagai Tambahan, Tingginya harga pupuk subsidi menjadi pukulan berat bagi petani di Kecamatan Seginim dan Air Nipis, yang selama ini menjadi lumbung beras di Kabupaten Bengkulu Selatan, Masalah ini harus segera ditangani agar petani dapat terus memproduksi beras secara optimal dan memenuhi kebutuhan pangan wilayah setempat.

Kondisi ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kesejahteraan petani sebagai tulang punggung ketahanan pangan nasional, Dengan perhatian dan tindakan yang tepat, diharapkan para petani di Kecamatan Seginim dan Air Nipis dapat kembali fokus pada produksi padi yang menjadi andalan wilayah Bengkulu Selatan dan sekitarnya. (**)

Editor: (KB1) Share
Pewarta: Erwan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *