Pemkot Bengkulu Tingkatkan Upaya Penanganan TBC dengan Langkah Strategis pada 2024

Penanganan TBC di Bengkulu
Foto: Plt Kadinkes Kota Bengkulu, Joni Haryadi, (tengah) (Ist).

Pemkot Bengkulu Tingkatkan Upaya Penanganan TBC dengan Langkah Strategis pada 2024

KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan global yang serius, termasuk di Indonesia. Sebagai salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia, TBC menyebabkan angka kematian yang tinggi. Berdasarkan laporan Global TB Report tahun 2023, Penanganan TBC Indonesia berada di urutan kedua dengan jumlah kasus TBC terbanyak setelah India, diikuti oleh China. Di Indonesia, diperkirakan ada 1.060.000 kasus TBC dengan 134.000 kematian setiap tahunnya. Artinya, terdapat 17 orang meninggal setiap jam akibat penyakit ini.

Pada tahun 2024, Pj Walikota Bengkulu menyatakan bahwa Pemkot, melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis, telah mengambil beberapa langkah strategis untuk menangani TBC, Penanganan TBC membutuhkan sinergi berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, akademisi, dan organisasi lainnya yang berkomitmen untuk melawan penyakit ini.

BACA JUGA: Dinkes Bengkulu Imbau Penerapan 3M Plus untuk Cegah Lonjakan Kasus DBD

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu (Dinkes) mengimbau masyarakat agar setiap rumah memiliki pencahayaan maksimal dan sirkulasi udara yang baik sebagai langkah pencegahan TBC. Plt Kadinkes Kota Bengkulu, Joni Haryadi, menjelaskan pentingnya tata letak jendela yang benar agar sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan.

“Sinar matahari dan sirkulasi udara adalah perpaduan penting untuk mewujudkan rumah yang sehat,” ujarnya pada Selasa (11/6).

Jika seseorang mengalami gejala seperti batuk-batuk dan kondisi tubuh kurang fit, masyarakat disarankan untuk menghindari keramaian dan menggunakan masker. “Segera periksa kesehatan ke puskesmas atau rumah sakit terdekat,” tambah Joni.

BACA JUGA: Pj Walikota Bengkulu Arif Gunadi Dorong Seluruh Puskesmas Jadi BLUD pada 2024

Bagi mereka yang terdiagnosis TBC, Joni mengimbau agar pasien rutin meminum obat untuk mencegah kondisi memburuk. ” Pengobatan TBC membutuhkan disiplin tinggi, karena obat TBC harus dikonsumsi selama enam bulan berturut-turut tanpa terlewat satu hari pun, ” jelasnya.

Selain meminum obat, Joni juga menganjurkan konsumsi makanan bergizi seimbang untuk membantu proses penyembuhan.

Salah satu tantangan utama dalam menangani TBC adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah, dimana banyak orang menganggap batuk berkepanjangan sebagai flu biasa. Hal ini menyebabkan banyak kasus TBC terlambat terdeteksi. Untuk mengatasi hal ini, petugas kesehatan terus melakukan deteksi dini dengan membawa alat-alat kesehatan seperti pot dahak untuk memeriksa kesehatan masyarakat.

BACA JUGA: Pemerintah Provinsi Bengkulu Terus Mendorong Penanganan dan Penanggulangan TBC

Sejak satu tahun terakhir, Dinkes Kota Bengkulu telah mengobati 867 orang yang mengidap TBC. Upaya ini dilakukan secara terus-menerus untuk menekan angka penyebaran dan meningkatkan angka kesembuhan.

Tuberkulosis masih menjadi ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Namun, dengan langkah-langkah strategis yang diambil oleh Pemerintah Kota Bengkulu dan dukungan dari berbagai pihak, ada harapan untuk menurunkan angka kasus dan kematian akibat TBC. Kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan yang disiplin sangat penting dalam upaya melawan TBC. Diharapkan, dengan kerja keras bersama, TBC dapat dikendalikan dan akhirnya diberantas dari Kota Bengkulu. (**)

Editor: (KB1) Share
Pewarta: QQ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *