Harga Kopi Robusta dan Arabika di Prediksi Tetap Tinggi Hingga Tahun 2025
KANTOR-BERITA.COM, BENGKULU|| Harga biji kopi robusta dan arabika diprediksi akan tetap bertahan tinggi di tingkat Internasional hingga tahun 2025, Faktor utama yang memengaruhi kondisi ini adalah ketidakstabilan pasokan dari sejumlah negara produsen utama kopi di dunia, seperti Brasil dan Vietnam.
Menurut laporan terbaru dari Bloomberg, ketidakstabilan ini berakar pada kemungkinan gagal panen yang melanda negara-negara penghasil kopi terbesar tersebut. Penurunan stok kopi di Brasil dan Vietnam sejak 2023 hingga tahun 2024 ini telah memicu lonjakan harga yang cukup signifikan di pasar global.
BACA JUGA: Petani Kopi Bengkulu Bakal Dapatkan SDB untuk Tingkatkan Kualitas
Kabar mengenai tingginya harga kopi ini disambut baik oleh para petani di Tanah Air, khususnya di Rejang Lebong, dan Kepahiang Bengkulu, Salah satu petani kopi lokal, Emi menyatakan bahwa kondisi ini merupakan peluang besar bagi petani untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dari hasil panen mereka.
“Ini kabar baik buat kami petani kopi, Harga yang tinggi memungkinkan kami menikmati hasil panen dengan lebih baik, Tapi momen ini seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kopi, sehingga produk kami tidak hanya dihargai lebih tinggi tetapi juga dikenal secara global,” ujar Emi, yang Juga mempunyai Usaha Bubuk Kopi “Bunda QQ” Rabu (4/12/24).
BACA JUGA: Plt Gubernur Bengkulu dan Forkopimda Dukung Asta Cita Menuju Visi Indonesia Emas 2045
Saat ini, harga kopi robusta di tingkat petani di Rejang Lebong mencapai Rp60.000 per kilogram. Harga tersebut bisa lebih tinggi jika petani mampu menghasilkan kopi dengan metode petik merah atau menanam jenis kopi arabika yang dihargai lebih mahal di pasar.
Data dari International Coffee Organization (ICO) menunjukkan bahwa harga kopi robusta di pasar global saat ini berkisar antara US$3.700 hingga US$3.800 per ton. Pada April 2024, ICO merilis laporan yang mencatat bahwa kenaikan harga robusta tahun ini adalah yang tertinggi dalam 45 tahun terakhir, sejak Juli 1979.
BACA JUGA: BRIEF 2024: Bengkulu Tawarkan Pulau Enggano dan Kopi Robusta, Magnet Baru Bagi Investor Global
Kenaikan harga ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan produksi di Vietnam, salah satu eksportir kopi robusta terbesar dunia. Musim kemarau panjang yang melanda negara tersebut telah berdampak signifikan pada pasokan kopi global, memicu peningkatan harga secara keseluruhan.
Selain itu, faktor cuaca ekstrem dan perubahan iklim global turut berkontribusi pada kondisi ini, membuat negara-negara produsen utama kesulitan menjaga tingkat produksi yang stabil.
Di tingkat global, permintaan terhadap kopi robusta terus meningkat. Kopi jenis ini menjadi alternatif lebih murah dibandingkan arabika, terutama bagi industri kopi instan dan campuran espresso. Namun, tingginya permintaan tidak sebanding dengan pasokan yang ada, sehingga harga terus merangkak naik.
BACA JUGA: FEB Universitas Bengkulu Dukung Pengembangan Usaha Kopi di Kabupaten Rejang Lebong
Menurut laporan ICO, harga kopi robusta diperkirakan akan tetap berada pada tingkat tinggi hingga setidaknya akhir tahun 2025. Ini memberikan peluang besar bagi negara-negara produsen, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan ekspor dan memperbaiki posisi mereka di pasar kopi dunia.
Namun, agar dapat bersaing di pasar global, kualitas tetap menjadi faktor utama. Kopi robusta Indonesia harus mampu memenuhi standar internasional, baik dari segi rasa, aroma, maupun teknik pengolahannya. (**)
Editor: (KB1) Share
Pewarta: QQ