Antisipasi Leptospirosis di Musim Hujan: Dinas Kesehatan Bengkulu Imbau Warga Waspada
KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Masyarakat di Kota Bengkulu diimbau untuk waspada terhadap ancaman penyakit Leptospirosis, yang dikenal sebagai penyakit kencing tikus, terutama saat musim penghujan tiba. Beberapa wilayah di Sumatera, seperti Sumatera Selatan, telah melaporkan kasus penyakit ini. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Bengkulu berupaya melakukan langkah-langkah antisipasi untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Joni Hariyadi, mengingatkan masyarakat untuk menjaga kebersihan di dalam rumah dan lingkungan sekitar. Langkah ini merupakan salah satu cara efektif untuk mencegah penyebaran Leptospirosis, terutama di daerah-daerah yang rawan banjir.
BACA JUGA: Kasus DBD di Mukomuko Capai 480, Dinas Kesehatan Gencarkan Edukasi dan Pencegahan
“Penyakit kencing tikus sering muncul di daerah banjir karena urin tikus yang sudah terinfeksi dapat mencemari air dan menular ke manusia,” jelas Joni.
Ia juga menyarankan agar warga yang memiliki masalah dengan keberadaan tikus di rumah segera mengambil tindakan dengan memasang perangkap tikus untuk mencegah penyebaran penyakit ini.
BACA JUGA: Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Dorong UMKM Urus Perizinan PIRT untuk Jamin Keamanan Produk
“Kami imbau warga untuk lebih waspada, terutama menjelang musim penghujan, Kebersihan lingkungan sangat penting untuk menghindari potensi penularan penyakit,” terang Joni.
Menurut Joni, hingga saat ini belum ada laporan kasus Leptospirosis di Kota Bengkulu. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama jika dalam beberapa hari ke depan hujan deras dengan intensitas tinggi melanda kota ini. Potensi banjir di beberapa lokasi bisa menjadi situasi yang memicu munculnya kasus Leptospirosis.
BACA JUGA: Pemkot Bengkulu Perkuat Layanan Kesehatan: Rapat Koordinasi Rehab Tunggakan JKN PBPU Dibuka Pj Sekda
Joni juga menjelaskan bahwa hewan yang menjadi pembawa atau reservoir bakteri Leptospira tidak terbatas pada tikus. Hewan lain seperti sapi, kerbau, kuda, domba, kambing, babi, dan anjing juga bisa menjadi pembawa bakteri ini. Namun, tikus adalah hewan yang paling sering diidentifikasi sebagai pembawa utama Leptospirosis.
Di Indonesia, penyebaran Leptospirosis terutama disebabkan oleh tikus yang melepaskan bakteri melalui urin mereka ke lingkungan. Tikus got (Rattus Norvegicus) dan tikus ladang (Rattus exulans) adalah jenis tikus yang paling sering menjadi reservoir bagi bakteri Leptospira. Tikus-tikus ini tahan terhadap infeksi Leptospira dan sering menjadi sumber penularan utama bagi manusia dan hewan lainnya.
BACA JUGA: Tim Krisis Kesehatan Seluma Sigap Bantu Korban Banjir
Puskesmas dan fasilitas kesehatan di Kota Bengkulu juga untuk bersiap menerima dan menangani kasus yang diduga Leptospirosis. Joni menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau perkembangan situasi, terutama di area-area yang rawan banjir.
“Dalam waktu dekat, kami juga akan mengadakan kampanye kebersihan lingkungan untuk mengurangi risiko penularan penyakit kencing tikus ini, Langkah ini diharapkan bisa membantu menekan angka penyebaran Leptospirosis di Kota Bengkulu,” ujar Joni. (**)
Editor: (KB1) Share
Pewarta: QQ