Festival Junjung Pusako: Simfoni Tradisi dan Budaya di Sarolangun Jambi

Festival Junjung Pusako
Foto: Kegiatan Festival Junjung Pusako, di Desa Tanjung Gagak, Kecamatan Bathin VIII, pada Rabu (27/9).

Festival Junjung Pusako: Simfoni Tradisi dan Budaya di Sarolangun Jambi

KANTOR-BERITA.COM, JAMBI – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Pemerintah Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, menggelar Festival Junjung Pusako di Desa Tanjung Gagak, Kecamatan Bathin VIII, pada Rabu (27/9/2023). Festival ini merupakan bagian dari perhelatan Kenduri Swarnabhumi tahun 2023 yang bertujuan untuk melestarikan tradisi dan ekosistem budaya di Kabupaten Sarolangun.

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti, menjelaskan bahwa Kemendikbudristek mendukung festival ini sebagai upaya untuk menjaga hubungan antara kebudayaan dan pelestarian lingkungan. “Ekosistem kebudayaan adalah mata rantai penting, dan Festival Junjung Pusako adalah salah satu wujud dari usaha untuk menjaga ekosistem budaya di Kabupaten Sarolangun,” ujar Irini.(dilansir dari laman Kemendikbud).

Festival Junjung Pusako
Foto: Kegiatan Festival Junjung Pusako, di Desa Tanjung Gagak, Kecamatan Bathin VIII, pada Rabu (27/9).

Festival ini merupakan bagian dari Kenduri Swarnabhumi tahun ini, yang memiliki tiga agenda utama. Pertama, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pelaku budaya untuk menyelenggarakan festival di daerah masing-masing. Kedua, implementasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelaksanaan Festival Junjung Pusako. Ketiga, ekspedisi Batanghari yang bertujuan menjaga lingkungan melalui pendekatan kebudayaan.

Gubernur Jambi, Al Haris, turut hadir dalam festival ini. Ia mengungkapkan bahwa Kenduri Swarnabhumi merupakan momentum untuk menginterpretasi ulang sejarah Jambi sebagai daerah yang memiliki peradaban panjang dan akar budaya yang kuat. Al Haris menjelaskan bahwa Sungai Batanghari memiliki peran penting dalam sejarah peradaban Jambi, dan festival ini menjadi cara untuk menghidupkan kembali akar budaya yang tumbuh sepanjang sungai tersebut.

Junjung Pusako adalah tradisi yang telah lama dipegang oleh masyarakat Desa Tanjung Gagak. Tradisi ini melibatkan kain panjang yang berisi tulisan kuno, bulu, dan keris yang kemudian dibuka, diasapkan, dan ditaburkan kembang tujuh warna. Selanjutnya, dilakukan ritual pembersihan tujuh alat pusaka dan berbagai kegiatan budaya lainnya.

Tradisi Junjung Pusako ini mencerminkan kearifan lokal di bidang pertanian, yang dinyatakan oleh nilai-nilai seperti kebersamaan, kekompakan, dan gotong royong. Ritus ini juga merupakan kekayaan budaya yang dapat menginspirasi penciptaan karya seni dan pengetahuan baru.

Festival Junjung Pusako mencakup berbagai kegiatan seperti senam massal, parade budaya, penanaman bibit pohon, pentas seni tarian lokal, dan penampilan musikalitas daerah. Masyarakat dari sebelas kecamatan turut serta dengan menampilkan ciri khas kearifan lokalnya.

Sebagai bagian dari upaya menjaga lingkungan, dilakukan juga penanaman pohon Daerah Aliran Sungai (DAS) Desa Tanjung Gagak. Adapun bibit yang ditanam antara lain pohon trembesi dan mahoni.

Seluruh kegiatan dalam festival ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan adat istiadat serta sejarah peradaban di sepanjang Sungai Batanghari. Dengan menghidupkan kembali semangat kebudayaan, Festival Junjung Pusako menghubungkan individu dengan sejarah dan tradisi mereka, menciptakan pengalaman berharga bagi semua yang ikut serta.(**)

Editor: (KB1) Share

mangcek

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *